Jembatan Merah, Warisan Sejarah Perjuangan Bangsa di Kota Bogor

 



Jakarta - Di tengah hiruk-pikuk modernisasi Kota Bogor, berdiri kokoh sebuah saksi bisu sejarah perjuangan bangsa: Jembatan Merah. Terletak di Jalan Kapten Muslihat, jembatan ini bukan sekadar penghubung antarwilayah, melainkan simbol keberanian dan semangat juang rakyat Bogor dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dibangun pada tahun 1881 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda, Jembatan Merah melintasi Sungai Cipakancilan (Tjipeucang). Pembangunan jembatan ini dipelopori oleh seorang arsitek Belanda bernama Mr. Motmann, dengan bantuan seorang amtenar pribumi bernama Saripin. Dengan panjang sekitar 30 meter dan lebar 15 meter, jembatan ini menghubungkan kawasan Jalan Kapten Muslihat, Merdeka, dan Panaragan. Nama "Jembatan Merah" berasal dari warna cat merah yang digunakan pada masa pembangunannya, serta bata merah yang menjadi bahan utama konstruksinya. Dalam bahasa Belanda, jembatan ini dikenal sebagai "Rode Brug".

Jembatan Merah memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan, jembatan ini menjadi jalur strategis bagi para pejuang untuk memasuki Kota Bogor dan menyerbu markas tentara Belanda yang terletak di Jalan Bantammerweg, kini dikenal sebagai Jalan Kapten Muslihat. Pertempuran sengit terjadi di atas jembatan ini, mengakibatkan banyak korban jiwa, termasuk para pejuang Indonesia.

Salah satu peristiwa heroik yang terjadi di Jembatan Merah adalah tewasnya Kapten Tubagus Muslihat pada 25 Desember 1945. Saat itu, ia bersama pasukan Bogor mencoba merebut Pos Polisi di Jalan Banten (sekarang Jalan Kapten Muslihat). Kapten Muslihat tertembak di perut dan menghembuskan napas terakhir di pangkuan Dokter Marzoeki Mahdi, yang namanya kini diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di Bogor.

Selain nilai historisnya, kawasan Jembatan Merah juga dikenal sebagai pusat kuliner malam sejak tahun 1880-an. Pada masa kolonial, kawasan ini menjadi tempat berkumpul bagi penduduk, khususnya kalangan Belanda dan Eropa, untuk menikmati kuliner khas Bogor. Bahkan, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaf Willem Baron van Imhoff kerap mengunjungi kawasan ini.

Hingga kini, Jembatan Merah tetap menjadi destinasi kuliner favorit di Bogor. Berbagai makanan khas seperti doclang, bubur ayam, sate Madura, martabak, dimsum, dan kue-kue tradisional dijajakan di sepanjang kawasan ini. Keunikan kawasan ini terletak pada keberadaan beberapa pedagang yang menjual menu makanan yang sama secara berdampingan. Kuliner di Jembatan Merah mulai beroperasi pukul 17.00 hingga 24.00 WIB, menjadikannya tempat yang ramai dikunjungi warga dan wisatawan.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa, Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan Jembatan Merah sebagai salah satu ikon bersejarah kota. Di sekitar jembatan, terdapat patung Kapten Muslihat yang berdiri kokoh di ujung jembatan, mengingatkan masyarakat akan jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Upaya pelestarian Jembatan Merah juga dilakukan melalui perawatan rutin dan promosi sebagai destinasi wisata sejarah. Dengan demikian, generasi muda dapat mengenal dan menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan Indonesia.

Jembatan Merah di Kota Bogor bukan sekadar infrastruktur penghubung, melainkan simbol perjuangan, keberanian, dan semangat juang rakyat Indonesia. Dengan nilai historis yang tinggi dan peran penting dalam sejarah kemerdekaan, Jembatan Merah layak mendapat perhatian dan pelestarian agar kisah heroiknya terus dikenang oleh generasi mendatang.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir di Rumpin, Bogor: Ratusan Warga Kesulitan Air Bersih Akibat Luapan Kali Cibunar

Longsor Menelan Korban! 5 Kios menyatu dengan tanah.

ICMI Pastikan Lebih dari 100 UMKM di Kota Bogor Siap Meriahkan Event BiiF 2025