Harlan Bengardi: Penjaga Harmoni Budaya di Bogor
Jakarta - Di tengah gemerlap modernisasi Kota Bogor, sosok Harlan
Bengardi muncul sebagai penjaga tradisi dan penggerak harmoni budaya. Sebagai
tokoh masyarakat Tionghoa, ia tak hanya mempertahankan nilai-nilai leluhur
dalam lingkup keluarga, tetapi juga memperluasnya ke ranah publik melalui peran
aktif dalam perayaan Imlek dan Cap Go Meh.
Bagi Harlan, Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru,
melainkan momen sakral untuk mempererat silaturahmi keluarga. Setiap tahunnya,
rumah ibunya menjadi pusat berkumpulnya keluarga besar, di mana tradisi open
house dijalankan dengan penuh kehangatan. "Bagi kami, mempertahankan
tradisi Imlek untuk terus menjalin silaturahmi karena momentum open house di
rumah Ibu ini hadir hampir seluruh keluarga," ujar Harlan.
Salah satu hidangan khas yang selalu hadir dalam perayaan
tersebut adalah lontong cap go meh. Menu ini bukan hanya sekadar makanan,
tetapi simbol keberuntungan dan keharmonisan yang diwariskan turun-temurun.
"Ada lontong cap go meh dan kambing guling," tambah Harlan,
menekankan pentingnya menjaga cita rasa tradisional dalam setiap perayaan.
Peran Harlan tak berhenti di lingkup keluarga. Sebagai
Penanggung Jawab Bogor Street Festival Cap Go Meh (BSF CGM) 2025, ia berhasil
mengangkat perayaan ini menjadi salah satu festival budaya terbesar di
Indonesia. Dengan tema "A New Beginning," festival ini dirancang
lebih modern dan interaktif, menghadirkan parade budaya sepanjang 2,1 kilometer
yang melibatkan sekitar 5.000 peserta dan panitia, serta 1.000 personel
keamanan.
Inovasi yang diperkenalkan antara lain pemasangan layar Tron
TV di empat titik strategis sepanjang rute parade, memungkinkan pengunjung
menikmati pertunjukan dari berbagai sudut. "Desain acara dibuat lebih
kontemporer dengan konsep yang menjangkau lebih luas. Layar Tron TV akan
memudahkan masyarakat menikmati parade budaya dari berbagai sudut
pandang," jelas Harlan.
Festival ini juga menjadi ajang pertunjukan budaya
internasional, dengan kehadiran Joli Ma Zu, Dewi Lautan dari Taiwan, serta
delapan dewa perang dengan atraksi unik yang dipercaya mampu mengusir energi
negatif.
Harlan menekankan bahwa BSF CGM bukan sekadar perayaan
budaya, tetapi juga sarana mempererat persatuan dan meningkatkan citra Kota
Bogor sebagai kota inklusif dan penuh keberagaman. "Ini menjadi event yang
luar biasa dan kesempatan bagi masyarakat Bogor untuk menunjukkan kita adalah
komunitas yang guyub, toleran, dan mampu menyelenggarakan acara berskala
nasional maupun internasional," ujarnya.
Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dukungan dari
Bank BRI yang memberikan apresiasi kepada tim barongsai, menunjukkan sinergi
antara masyarakat dan institusi dalam melestarikan budaya. "Kami sangat
bersyukur atas dukungan BRI di Bogor Street Festival Cap Go Meh sebagai
institusi perbankan, sangat responsif dan kolaboratif," kata Harlan.
Harlan Bengardi adalah contoh nyata bagaimana seseorang
dapat menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, antara keluarga dan
masyarakat luas. Melalui dedikasinya dalam merawat tradisi Imlek dan
menghidupkan Cap Go Meh sebagai festival budaya, ia berhasil memperkuat
identitas budaya Tionghoa di Bogor sekaligus mempromosikan nilai-nilai
toleransi dan kebersamaan.
Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, Harlan terus
berupaya menjaga warisan budaya agar tetap hidup dan relevan di tengah dinamika
zaman. Perannya sebagai penjaga tradisi dan penggerak harmoni budaya patut
diapresiasi dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda dalam melestarikan
kekayaan budaya Indonesia.
Komentar
Posting Komentar